Selasa, 04 Februari 2014

mekanika teknik



Dasar-dasar mekanika teknik

a.Gaya
Gaya adalah penyebab suatu pergerakan dan deformasi suatu benda atau aksi sebuah benda terhadap benda lain.
Gaya adalah sebuah besaran vector yang mempunyai besar, arah, dan titik tangkap.

b.Momen
Momen adalah sebuah gaya yang bermaksud untuk menggerakkan atau memutar benda.

c.Kesetimbangan
Suatu benda kaku dikatakan dalam keadaan setimbang bila resultante (jumlah) gaya-gaya yang bekerja = 0 dan momen disetiap titik benda = 0
Syarat kesetimbangan benda

Jika satu syrat diatas tidak dipenuhi maka benda tersebut dikatakan tidak seimbang.


KONSEP TEGANGAN-REGANGAN

KONSEP TEGANGAN-REGANGAN SUATU MATERIAL 

A.   TEGANGAN (STRESS)

Secara umum tegangan teknik dirumuskan sebagai:


Keterangan:
F            = beban yang diberikan ( lb atau N )
AO       = luas penampang bahan sebelum dibebani ( in^2 atau m^2 )
σ            = psi, MPa.

Tegangan atau Stress adalah gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan ke bentuk semula. Gaya ini mengembalikan benda ke bentuk semula persatuan luas terbagi rata diseluruh permukaan.
Tegangan atau Stress dapat dikelompokkan menjadi:
1.    Tegangan Normal
Tegangan normal merupakan tegangan pada bidang yang tegak lurus dengan arah gaya. σ = bukan tegangan di suatu titik pada penampang A, tetapi tegangan rata-rata semua titik pada penampang A. Pada umumnya tegangan di suatu titik tidak sama dengan tegangan rata-rata. Tetapi dalam prakteknya, tegangan ini dianggap seragam, kecuali pada titik beban, atau adanya konsentrasi tegangan.
2.    Tegangan Tarik
Tegangan tarik adalah tegangan yang diakibatkan beban tarik atau beban yang
arah nya tegak lurus meninggalkan luasan permukaan. Tegangan Tekan Tegangan tekan adalah tegangan yang diakibatkan beban tekan atau beban yang arahnya tegak lurus menuju luasan permukaan Suatu benda yang statis, jika dipotong harus tetap statis dengan resultan gaya = 0 (ΣF=0)
3.    Tegangan Geser
Tegangan geser adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya yang arahnya sejajar dengan luasan permukaan (gaya tangensial). A = luas penampang yang menahan beban P Tegangan yang terjadi pada luasan A disebut tegangan geser, τ (tau) P τ rata = A Jika permukaan geser hanya satu, maka disebut geseran tunggal. Jika permukaan geser dua, maka disebut geseran ganda, sehingga tegangan geser Ps menjadi : τs=2A Bearing Stress in Connections σb=PP=A td

B.   REGANGAN (STRAIN)

Secara umum tegangan teknik dirumuskan sebagai:
Keterangan:

lo = panjang mula – mula
li = panjang akhir
Δl = pertambahan panjang
ε = %
           
Regangan atau strain adalah perubahan pada ukuran benda karena gaya dalamkesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula. Strain juga dapat dikatakan sebagai tingkat deformasi. Tingkat deformasi tersebut dapat memanjang, memendek, membesar, mengecil dan sebagainya.
Pembebanan akan mengalami deformasi. Perbandingan antara deformasi dengan panjang mula-mula disebut sebagai regangan. δ=satuan panjang L=satuan panjang ε= tanpa satuan atau dapat ditulis: L−L ΔL ε=1=L L ε=regangan L=panjang mula-mula L1 = panjang
  1. Regangan Geser
Regangan geser dilambangkan γ merupakan tangen θ.
  1. Torsi
Torsi adalah variasi dari gaya geser murni. Bahan uji diberikan gaya puntir
yang akan menimbulkan gerak putar pada sumbu penggerak atau mesin bor
  1. Deformasi Elastis
Besarnya bahan mengalami deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya tegangan. Pada sebagian besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional dengan hubungan:
σ = E . ε
E = modulus elastistas atau modulus young ( Psi, MPa ).
  1. Deformasi Plastis
Pada kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan 0.005. Jika bahan berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagiproporsional terhadap regangan. Daerah ini disebut daerah plastis.


Pada daerah plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan. Pada tinjauan mikro deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya. Jika beban di lepaskan, atom ini tidak kembali keikatan awalnya.

C.   HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN-REGANGAN
  1. Sifat-sifat benda elastik
ü  Strain selalu sama untuk stress tertentu
ü  Strain hilang sama sekali jika penyebab dihilangkan
ü  Untuk membuat strain tetap maka stress juga dibuat tetap
  1. Grafik tegangan-regangan


secara umum sifat mekanik dari logam dibagi menjadi:

a). Batas proposionalitas (Proportionality Limit)
Adalah daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier :       
s = E e
 b). Batas elastis (Elastic limit)
Adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bagian dari batas elastik. Bila beban terus diberikan tegangan maka batas elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak kembali seperti ukuran semula. Maka batas elastis merupakan titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya. Kebanyakan material tenik mempunyai batas elastis yang hampir berhimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
 c). Titik  Luluh  (Yield  Point)  dan  Kekuatan  Luluh (Yield Strength)
Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). 
Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom karbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point).
Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Sehingga digunakan metode offset  untuk menentukan kekuatan luluh material. Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan  dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan dan regangan.   
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending atau puntiran.            Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan titik luluh adalah suatu tingkatan tegangan yang tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service) dan harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process).
 d). Kekuatan Tarik Maksimum  (Ultimate Tensile  Strength)
Adalah tegangan maksmum yang           dapat ditanggung oleh material sebelum tejadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum tarik ditentukan dari beban maksimum  dibagi luas penampang.
e). Kekuatan Putus (Breaking Strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking) dengan tuas penampang  awal (A0). Untuk bahan yang bersifat ulet pada  saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi.
Pada bahan ulet, kekuatan putus lebih kecil dari kekuatan maksimum, dan pada bahan getas kekuatan putus sama dengan kekuatan maksimumnya.
f).        Keuletan (Ductility)
Adalah sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi   hingga tejadinya perpatahan. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan  bahan  yaitu: Persentase perpanjangan (Elongation) :

                          e (%) = [(Lf-L0)/L0] x 100%

dimana :          Lf  = panjang akhir benda uji
                                   L0 = panjang awal benda uji

Prsentase reduksi penampang (Area Reduction) :

                                     R (%) = [(A1 – A0)/A0] x 100%

dimana :          Af = luas penampang akhir
                                   A0 = luas penampang awal
g).        Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Adalah ukuran kekakuan suatu material, semakin besar harga modulus ini maka  semakin kecil regangan elastis yang terjadi, atau semakin kaku.
h).       Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience)
Adalah kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa teiuadinya kerusakan.  Nilai modulus resilience (U) dapat diperoleh dari luas segitiga yang dibentuk oleh  area elastik diagram tegangan-regangan
Perumusannya : U = 0.5se  atau U = 0.5se2/E
i).         Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness)
Adalah kemampuan material dalam mengabsorb energi hingga terjadinva perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area keseluruhan di bawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik. 

  1. Hukum Hooke
Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut pertambahan sebuah benda elastik yang dikenal oleh suatu gaya.
Menurut Hooke, pertambahan panjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara matematis, hukum Hooke ini dapat dituliskan sebagai.
F = k x
dengan
F = gaya yang dikerjakan (N)
x = pertambahan panjang (m)
k = konstanta gaya (N/m)
Perlu suatu diingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Rumus tersebut dapat kita tulis:
Tegangan  = k
Regangan

k adalah modulus elastisitas atau koefisien elastisitas.. Dalam batas elastisitasnya setiap deformasi berbanding lurus dengan gaya penyebabnya(hukum Hooke) dan pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya penyebabnya.
Berikut ini addalah beberapa nilai konstanta modulus elastisitas, modulus  geser dan Ratio Possion pada beberapa paduan logam.


pengelasan


1. arti pengelasan :
Pada dasarnya las atau welding adalah cara untuk menyambung benda padat dengan mencairkan benda yang disambung melalui pemanasan, baik itu menggunakan alat maupun tidak. Las dapat juga dikatakan sebagai pemrosesan terhadap benda padat yang beerupa logam dengan menggunakan panas.
Las busur listik atau umumnya disebut las listrik adalah termasuk suatu proses penyambuangann logam dengan menggunakan tengaga listrik ssebagai sumber panas.
MACAM - MACAM POSISI PENGELASAN :

# 1G = posisi mengelas dibawah tangan
# 2G = posisi mengelas dihadapan badan ( horizontal )
# 3G = posisi mengelas dihadapan badan ( vertikal )
# 4G = Posisi mengelas diatas kepala ( over head )
Read more at http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2012/10/teknik-dasar-pengelasan.html#Qoo2QMylC45Kfejg.99

MACAM - MACAM POSISI PENGELASAN :

# 1G = posisi mengelas dibawah tangan
# 2G = posisi mengelas dihadapan badan ( horizontal )
# 3G = posisi mengelas dihadapan badan ( vertikal )
# 4G = Posisi mengelas diatas kepala ( over head )
Read more at http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2012/10/teknik-dasar-pengelasan.html#Qoo2QMylC45Kfejg.99
MACAM - MACAM POSISI PENGELASAN :

# 1G = posisi mengelas dibawah tangan
# 2G = posisi mengelas dihadapan badan ( horizontal )
# 3G = posisi mengelas dihadapan badan ( vertikal )
# 4G = Posisi mengelas diatas kepala ( over head )
Read more at http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2012/10/teknik-dasar-pengelasan.html#Qoo2QMylC45Kfejg.99
 2. cacat didalam pengelasan
a.Peleburan tidak sempurna
Bila logam dasar dan logam las yang berdekatan tidak melebur bersama sama secara menyeluruh.(adanya kotoran, terak oksida atau bahan lain, alat lat yang arus listriknya tidak memadai sehingga logam dasar tidak mencapai titik lebur, laju pengelasan yang terlalu cepat)
b.Penetrasi kampuh yang tidak memadai
Dimana kedalaman las kurang dari tinggi alur yang ditetapkan. ( perencanaan alur yang tidak sesuai dengan proses pengelasan yang dipilih, elektroda terlalu besar, arus listrik tidak memadai, laju pengelasan terlalu capat).
c.Porositas
Bila rongga rongga atau kantong kantong gas yang kecil terperangkap selama proses pendinginan.( arus listrik terlalu tinggi, busur nyala terlalu panjang, prosedur pengelasan yang buruk dan pemakaian pelat pelindung yang ceroboh).
d.Peleburan berlebihan
Alur pada bahan dasar didekat ujung kaki las yang tidak terisi oleh logam las( arus listrik dan panjang bsur nyala berlebihan dapat membakar atau menimbulkan alur pada logam dasar  dan dapat diperbaiki dengan memberi las tambahan)
e.Kemasukan terak
Biasanya terak berada dipermukaan, tetapi bila pendinginan terlalu cepat dapat menjerat terak sebelum naik ke permukaan, bila bebrapa lintasan las dibutuhkan maka sebelumnya harus dibersihkan sebelum memulai lintasan yang baru)
f.Retak
Pecah pecah pada logam las ( akibat tegangan internal,( biasanya disebabkan oleh unsur unsur yang getas , dan dapat dicegah dengan pemanasan yang lebih merata, dan pendinginan yang lebih lambat, 

3. perhitungan yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengelasan:
 

MUR-BAUT

Baut dan mur berfungsi untuk menyambung dua buah komponen atau lebih dengan sambungan yang dapat dilepas yang dikenal sebagai penyambungan berulir (screw connection). Baut dilengkapi dengan ulir luar dan pada ujungnya dilengkapi dengan kepala yang berbentuk segi enam atau segi empat atau bundar untuk baut L dan sekrup. Sedangkan mur dilengkapi dengan ulir dalam dan pada sisi luar dibentuk segi enam atau segi empat untuk mengencangkan. Ada bermacam-macam bentuk baut dan mur yang digunakan dalam suatu konstruksi tergantung kegunaannya.
Ulir pada baut dapat digolongkan menurut penampang profil ulir tersebut. Diantaranya ulir segitiga, persegi, trapezium, gigi gergaji dan bulat. Tetapi yang sering dipakai dalam konstruksi adalah baut dan mur dengan ulir segitiga.

Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pimilihan baut dan mur sebagai alat pengkat harus dilakuka dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai.
 PERHITUNGAN DALAM PEMILIHAN MUR-BAUT